Dari ujung ke ujung, pengalaman holistik integratif memadukan dua ekstrim yang saling bertolak belakang
Itu bisa kita lihat hanya kalau kita menarik diri menjauh dari kesibukan diri kita berinteraksi dengan yang lagi datang dan lagi bertamu. Kadang kita lupa kalau mereka itu tamu. Sehingga kita menjadi larut terbawa suasana dan lupa esensinya kalau dia itu tamu.
Apalagi kalau kita masih lupa diri. Suasana tamu menghanyutkan diri.
Tamu itu sendiri dapat kita kategorikan menjadi dua ekstrim, di satu sisi yang sangat menyenangkan dan di sisi lain yang sangat menjengkelkan. Itupun seberapa menyenangkan dan seberapa menyedihkan levelnya tergantung sensor kita seberapa jauh kita masih lupa diri. Semakin lupa diri, semakin besar amplifikasi tingkat menyenangkan dan menjengkelkan, jarak meteran antara ekstrim kiri dan kanan menjadi sangat lebar.
Standarnya sih, kalau menyenangkan ada indikasi syukur, kalau menjengkelkan ada indikasi sabar. Ada lagi, dua ekstrim itu sudah makin mendekat, sampai berhimpitan meterannya hampir tidak ada jarak, tidak lagi dia membedakan antara menyenangkan dan menyedihkan, keduanya dia anggap sama saja. Yang dia lihat adalah di balik itu, yakni siapa yang memberi munculnya dua rasa itu. Kalau begini, dia hanya rasa syukur yang muncul.
Tapi kalau masih sok-sok lupa, ya ditambah saja istighfarnya.
Comments
Post a Comment